SASTERA

Benci seekor binatang kepada kelibat bulan

Rusuh dadanya mencakar awan

dipandang bulan

bagai melukis bayang-bayang rupanya

di atas bendera

tanpa telinga, mata dan hidung

dengan jelir lidah sejengkal.

 

Nyaring ngauman

ia mengeluti pancaran sinar

menyelak kitab sejadah malam

meracun skrip-skrip celaru

jajaran tebu kelat

bergaul nafsu laknat.

 

Kukunya masih menitis darah

sawah huma pukat-pukat nelayan

kapal seorang piatu

pelayar doa generasi

dari mengharap

atmanya diselubung cahaya.

 

Bencinya pada bulan

membusuk bisul tubuhnya

di pohon perdu

masih melapah bangkai

taringnya kian pendek

sependek kelibat waktunya.

 Jelison Jupin

Kampung Tawanan, Paitan


Pengarang :