SASTERA

Cerita Kota 5

Hujan memberati dua pasang sayap
seekor serangga berwajah manusia
tubuhnya disuluh neon malap
di perhentian sunyi itu
mata tajam menghunjam
ke terowong malam
janji yang terkurung dalam balang
digenggam erat tangan-tangannya
nanti setiba di apartmen
ia akan dibingkaikan
sebagai ingatan tentang kekalahan
tentang telingkah yang menyemburkan
pekat merah dari lidah berdarah.

Itu malam tahun baharu
langit bagai berperang
bunga api mengembang
bunyi mengoyak sunyi
sayap cuba direntangkan
tetapi masih saja kebasahan
sang serangga belum dapat pulang
datang gulungan angin berulang
melenyapkan pengharapan
dia masih di situ.

Menjelang jam tiga
seseorang singgah di perhentian itu
menyerahkan sekuntum mawar putih
sari racun mengeluwap ke udara
bercampuran dengan aroma hujan
dia jatuh tersungkur
janji di genggaman melebur
latar malam semakin hitam
tubuhnya dililit kepompong.
Terbungkus bungkam
diam – kota dihurung debu sepi
ketika hujan mulai berhenti.

Keesokannya
sewaktu kudup duha mekar
seekor beluncas gesit merayap
di sela rumput keramaian
menuju ke dahan lain.

A’riff Mustaffa Hamzah

Sentul

 


Pengarang :