SASTERA

Wabak di Kota

Pada kaca jendela sebuah rumah desa
seorang budak menghembus nafasnya;
kaca jendela lalu mengabur –
dia melukis dua titik mata
dan selengkung senyum.

Dua gerombolan beruk berkelahi
dalam kotak tivi di ruang tamu
ayah memegang alat kawalan jauh
seperti memegang pisang
menyuakan ke beruk-beruk
ternyata, beruk di kota
lebih menggemari kuasa.

Kata ayah
kota adalah kediaman
para primat berpenyakit
di sana, mereka tidak lagi
memahami belantara tetapi batu-bata
masing-masing keras bersuara tetapi tuli
banyak menjamah sampah melebihi buah
banyak makanan, tak pernah kenyang
banyak bekalan, tak pernah senang.

Kata ibu
lambat-laun
musim akan menghembus wabak itu
ke pinggir desa, ke kediaman kita
kita akan dijangkiti tanpa disedari:
tiba-tiba punya keinginan-keinginan aneh
yang tak pernah diperlukan
kau anakku, akan meradang di jalanan
meminta sesuatu yang tidak kaufahami
mengangkat sepanduk amarah
dan memecahkan cermin-cermin kehidupan.

Shafiq Said


Pengarang :