BUDAYARENCANA

Sajak untuk sebuah Mei

Setiap musim tawarkan keanehan mimpi
Seperti Mei yang pecahkan malam jadi berkelopak warna-warni
“panta rhei” kata sang masa
dan kitapun percaya daun-daun tarot
yang membaca sabda dan impi

Ada musim yang padamkan memori
seperti September yang tiba dari janji tak terkendali
dan kitapun mengukir arca
buat mengenang poster dan pamflet
tanda yang terbangun dari impi anak manusia

Suatu waktu
kita mencintai pelangi
waktu lainnya, kau aku membenci warna
yang pecah dalam prisma

dan kita lagi pulang dinihari
quatrin nostradamus, kau membacanya
diberat hela nafas
sewaktu kubuka pintu; angin dingin menghantar debu
terhantar juga diantaranya senandung dan lagu

anak manusia,
seperti selalu kita adalah pelupa
gelas-gelas telah lama retak, kata-kata telah lama terdusta dan
selebihnya adalah dosa sejarah yang tak terkafankan;
berapa purnama berlalu, berapa tembok terpecahkan?

masihkan kau impikan negeri sempurna? kataku waktu kita mengadap laut
ombak bergulung, kapal-kapal pecah
tak ada kompas menunjuk ke syurga, katamu.
bahkan dalam taufan badai, kau harus belajar bercinta

masih samudera bernyanyi
masih samudera berlagu
“panta rhei” kata sang masa.

Aziz Zabidi


Pengarang :