BUDAYARENCANA

Teratai di pinggiran 

Kota kehidupanmu hanya seluas
jalur tubuh
di tasik ini, bemban dan lalang
memagari raungan.

Sesekali, mata kail mengocak tenang
merobek jemari masa lalumu
engkau tetap bertahan
dalam liar angin cemburu
juga kocakan hujan yang tak pernah
memberi maaf.

Jejak takdir terbenam
di hanyir lumpur, demi tunas cinta
yang tumbuh dari suci hatimu
dan sebening embun singgah
membilas sejuta luka.

Mentari rakus menyeduh usia
kering layu dan pecah di air mata
engkau tegar menjulang kudup harapan
meliuk malu dicumbui pepatung
seharum mimpi yang membahagiakan.

Walau segalanya keruh tak disapa
secuil kenangan yang terpinggir
di pelantar hayat.

Kamal Sujak
Jalan Puisi, Alam Sari


Pengarang :