BUDAYARENCANA

Ditikam ilusi

Kita ini bagai karya
di dinding galeri alam
ada waktunya, api menjadi nanar
tangan -tangan fitnah hidup kembali
sewaktu rembulan menjadi buta
dan matahari turun ke dalam jiwa.
Bila usia merdeka dinafirikan
telinga momentum dikupas
dimensi menjadi kotak
dan roh menjadi bunga.

Siapa lagi yang berani
memuntahkan dendam ke dalam kaca
lalu dihirup oleh warga
yang cemerlang bersandiwara.

Jerit menjerit dalam diam yang bisu
rohanipun terbenam
dan lihatlah, otak menjadi gaung
mengalir sampah hayat
bersama lintah yang miskin
dari sungai nasib
ke laut takdir.

Inikah karya kita,
tanpa nama tetapi merbahaya
sesekali menikam
jantung bahagia.

 

Solihin Osman

 


Pengarang :