BUDAYARENCANA

Ketika awan melukis kemarau

i.
kemarau adalah kanvas di tangan awan. dilukisnya kabus yang berputar perlahan. mendinginkan udara pada daun dan rerumput perang. airnya mengalir di kaki kerbau jantan kenyang. sungai dan rawa tersendawa di batas alurnya.

dilukisnya kita yang tengadah ke langit mengait gebar semalam yang basah dalam ragu dan keluh kesah.

ii.
akhirnya, kemarau menjelma dungu ketika dibingkaikan. adakah lagi ingatan tertunda untuk detik yang lebih sempurna? — saat langit ditinggikan, gunung-ganang ditegakkan dan bumi di hampar luas, namun seperti ada yang ditinggalkan dan sengaja di kosongkan?

barangkali tidak akan dilukiskan keseluruhannya. selagi kemarau masih kering di hati manusiawi.

iii.
kemarau adalah kanvas dingin di tangan awan namun belum tentu hangat di tangan kemanusiaan.

 

Ghazali Sulong


Pengarang :