BUDAYARENCANA

Panglima benteng di Yehuda

Kala dewa tidak berkesempatan mengerjakan semuanya, ada yang perlu menanggung kedukaan dari celah nyanyian pada musim keraian dan mengalun doa untuk menerima sebagaimana korban sebesar cakerawala memasuki sekecil raga, bila-bila nanti.

Lihat, tembok Yehuda telah pun berkecaian. Perkabungan mengalir-ngalir di sungai peradaban. Tetapi langit belum memutuskan untuk menghembus angin terakhir, kerana gua ada terbuka, masih menghijau gunung tua, kilau mentari sedang membilah cahaya,

sewaktu terdetik menyerah pada hari kelam, sambutlah kata-kata Nehemiah yang tidak hanya menghitung penderitaan tetapi sebuah tangisan yang dilenyapkan, dengarkan titah Nehemiah membenteng kota menjadi pertiwi warisan moyang atau melayangkan udara baru yang suci, di mana burung-burung mahu bunuh diri jadi pegun.

 

Clariessa Kesulai


Pengarang :