BUDAYARENCANA

Menjadi Ayah

cantiknya mencerminkan alam. merdunya, menempel pada siang dan malam. kali pertama ia menyusur di lorong hati, seri terpantul sampai ke langit, sampai ke angan-angan hari tua. terbentur dari kudratmu, maka lengkaplah sejambak tubuh. sesudah sembilan bulan tidur, bulan sembilan ia mengenal umur.

lihat hari ini, burung-burung terbang rendah, mungkin mengintai syurga yang baru tumbuh di telapak kakimu. aku malah meredah seluruh gelora kepala, mencari bintang tujuh, mencari arah, mencari nama, dan yang terakhir kuingat, menjadi yang pertama melekat sebagai bukti bahawa kita pernah bercinta.

tanganku bergulat menahan janggal. mendukung kenyataan di antara peristiwa baru dan hari-hari seterusnya. merasa berat bumi, betapa berat hari. telah tiba masanya untuk kita mengerti, hadirnya bukan main-main. sebentuk wujud kebesaran, keagungan, namun segala puji bagi Tuhan, mengapa tuan tersenyum?

mengecap sampai ke dasar, hatiku laut pasang. sejenak terpecah lalu melekat di tebaran karang. menikmati sekelumit girang. menikmati warna-warna. tidak menanyakan esok hari apa, tanggal berapa. cukup begini saja, kadang-kadang bergelumang dengan rengek kecilnya yang menebar gema di seluruh bahagia.

kautahu apa yang sedang aku bayangkan? beberapa tahun lagi mataku bukan lagi rumah sunyi, jambangan suara tumbuh mekar menghiasi dinding-dinding kaku. malah jika kututup pintu sekalipun, masih kedengaran suara anak kecil yang sedang merungut, dan tawa ayah melihat ibu yang sedang berkerut.

 

Jed Stellarose


Pengarang :