BUDAYARENCANA

El Gato

sekitar hari-hari akhirnya, kucingku menyanyi begitu merdu “O jika nyawa-nyawaku dapat terbagi dua, kuberi separuh untukmu”

kuusap batang tubuhnya, beralun gema
kutatap mata kuningnya, aku jadi lupa diriku siapa

“O jika nyawa-nyawaku dapat terbagi dua, kuberi separuh untukmu”

kian berkurang selera makannya
batuk-batuknya juga senyaring guruh
baris langkahnya rapuh dan miring
seakan pemabuk di tanah kuburan

“O jika nyawa-nyawaku dapat terbagi dua, kuberi separuh untukmu”

jendela kutukar langsirnya
tombol pintu kuganti bentuknya
biar ajal termangu kelak
di mana agaknya kucingku berumah

“O jika nyawa-nyawaku dapat terbagi dua, kuberi separuh untukmu”

tapi manalah mungkin
ia sebodoh itu
mendepani pengakhiran
yang diperlukan bukan kecerdikan
melainkan kebesaran hati

di hujung senja
kupangku kucingku yang menyanyi dan kukatakan padanya

“Simpanlah. Simpan saja semua buat dirimu sendiri…

…cuma ada satu nyawaku ini…

….sepertiganya telah kusisip di misaimu…

…kali pertama kau bertemu aku”

kucingku
sekitar hari-hari akhirnya
menyanyi begitu merdu
suatu hari sebelum matari terbenam
ia mengiau panjang
dan mencengkam.

 

Lucy M


Pengarang :